Serangan 7 Oktober di Israel Tak Boleh Dilupakan
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menegaskan bahwa kekejaman yang menimpa rakyat Israel pada 7 Oktober 2023 tidak boleh dilupakan.
Seruan itu disampaikan saat harapan meningkat untuk mengakhiri perang yang telah menewaskan ribuan orang di Gaza.
Peringatan dua tahun serangan 7 Oktober terhadap Israel yang menewaskan lebih dari seribu orang dan menyebabkan ratusan penyanderaan digelar di berbagai wilayah Australia.
Sementara itu, mediator yang dipimpin Amerika Serikat tengah berupaya menengahi gencatan senjata di Jalur Gaza.
Albanese menyebut 7 Oktober sebagai “hari penderitaan dan teror bagi orang Yahudi di seluruh dunia” menyusul serangan Hamas, kelompok yang telah ditetapkan pemerintah Australia sebagai organisasi teroris.
“Kita tidak boleh melupakan kekejaman yang dilakukan oleh Hamas,” kata Albanese pada Selasa (7/10/2025), dikutip dari In Daily.
“Kami juga memikirkan mereka yang masih disandera dan bergabung dengan mitra kami di seluruh dunia dalam menyerukan agar para sandera segera dipulangkan dengan bermartabat,” ujarnya menambahkan.
Pemimpin Oposisi Sussan Ley mengatakan serangan lintas batas itu berdampak luas hingga ke luar Israel.
“Dua tahun lalu, dunia berubah ketika salah satu serangan teroris paling mengerikan dalam sejarah modern dilakukan terhadap rakyat Israel. Ini bukan hanya serangan terhadap Israel, tetapi juga terhadap dunia,” kata Ley.
Ia turut memberikan penghormatan kepada para korban, termasuk Galit Carbone, warga negara Australia yang tewas dalam serangan tersebut.
Saudaranya, Danny Majzner, penyintas serangan 7 Oktober dijadwalkan menghadiri acara di Gedung Parlemen Canberra pada Selasa.
Serangan Hamas yang terjadi sekitar pukul 06.29 waktu setempat menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan 250 orang disandera. Sebagian sandera dilaporkan tewas, sementara sisanya masih ditawan.
Serangan itu kemudian memicu kampanye militer besar-besaran Israel di Jalur Gaza, yang menurut otoritas kesehatan setempat telah menewaskan lebih dari 66.000 warga Palestina.
Delegasi Hamas dan Israel saat ini berada di Mesir untuk melanjutkan negosiasi yang menumbuhkan harapan akan adanya gencatan senjata. Langkah ini mengikuti pengumuman Presiden AS Donald Trump pekan lalu mengenai rencana perdamaian 20 poin.
“Saya diberitahu bahwa tahap pertama harus diselesaikan minggu ini, dan saya meminta semua pihak untuk bergerak cepat,” tulis Trump dalam unggahan di media sosialnya.
Albanese menyambut baik inisiatif tersebut, dengan menegaskan bahwa Australia mendukung terwujudnya perdamaian yang adil dan berkelanjutan di Timur Tengah.
Sementara itu, Ley mengecam aksi sejumlah pengunjuk rasa yang meneriakkan slogan anti-Semit di tangga Gedung Opera Sydney dua tahun lalu, beberapa hari setelah serangan Hamas.
Di sisi lain, penyelenggara demonstrasi pro-Palestina tengah memprotes keputusan Kepolisian New South Wales yang menolak izin aksi karena alasan keamanan publik. Kasus ini kini dibawa ke Mahkamah Agung NSW.
Dalam acara peringatan di pusat kota Sydney pada Senin (6/10/2025), akademisi Peter Slezak mengatakan bahwa pengalaman sebagai anak dari penyintas Holocaust membuatnya bersolidaritas dengan rakyat Palestina.
“Apa yang disebut anti-Semitisme sebenarnya adalah kemarahan moral yang dibenarkan atas apa yang dilakukan Israel atas nama orang Yahudi,” ujar Slezak di hadapan ratusan peserta.
Direktur Eksekutif Dewan Urusan Australia/Israel & Yahudi, Colin Rubinstein, mengatakan bahwa dua tahun terakhir menjadi masa yang sangat berat bagi komunitas Yahudi di Australia dan dunia.
“Sekalipun para sandera dibebaskan, perang berakhir, dan ancaman Hamas dilucuti, pengalaman Yahudi tidak akan pernah sama seperti sebelum 7 Oktober 2023,” kata Rubinstein.
0 Response to "Serangan 7 Oktober di Israel Tak Boleh Dilupakan"
Posting Komentar